Tak bisa dipungkiri bahwa situs purbakala selalu menjadi saksi bisu perjalanan sejarah, bahkan evolusi budaya di suatu tempat. Peneliti menemukan pekuburan kuno berusia ribuan tahun di Gurun Sahara. Mereka yakin, pekuburan itu merupakan saksi bisu evolusi budaya di Sahara yang pernah jadi pusat peradaban manusia.
“Tempat ini pastinya sebuah tempat yang penuh kenangan,” kata Mary Anne Tafuri, arkeolog di University of Cambridge yang terlibat penemuan.
“Orang-orang terus menyimpannya sepanjang waktu. Selama itu, mereka mengubur kerabat mereka dari generasi ke generasi,” tambah Tafuri dikutip Livescience, (7/3/13).
Tafuri beserta timnya memulai penggalian di daerah Gurun Sahara yang bernama Wadi Takarkoti tahun 2003 dan selesai pada tahun 2006. Dan hasilnya, Tafuri beserta timnya menemukan 20 kerangka manusia yang diketahui berusia 8.000 hingga 4.200 tahun setelah dianalisis menggunakan isotop.
Dari hasil 20 kerangka yang ditemukan, 15 buah merupakan kerangka perempuan dan anak-anak. Kerangka ditemukan di dalam bangunan pelindung dari batu dengan usia antara 7.300 sampai 5.600 tahun.
Sementara itu, kerangka sisanya adalah kerangka laki-laki dewasa dan bayi yang ditemukan di bawah makam batu besar yang berusia 4.500 tahun ketika daerah itu mulai kering.
Selama penggalian di lokasi pekuburan tua itu, para tim arkeolog juga menemukan gubuk, beserta tulang binatang, dan guci yang diduga digunakan sebagai wadah membuat makanan fermentasi. Hasil temuan Tafuri dan timnya ini telah dipublikasikan di Journal of Anthropological Archaeology.
Hal yang menarik perhatian peneliti lain adalah perbedaan tipe bangunan pelindung pada makam laki-laki dan perempuan yang ditemukan.
Marina Gallinaro, peneliti studi tentang Afrika di Sapienza University of Rome yang tak terlibat penelitian, menduga, perbedaan tipe bangunan disebabkan adanya perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki pada masa itu.
“Penggunaan bangunan dari batu yang eksklusif untuk makam perempuan dan anak-anak menunjukkan adanya pemisahan kelompok berdasarkan jender,” kata Gallinaro.Gallinaro menambahkan, ada kemungkinan pada masa sebelum 5 ribu tahun lalu, perempuan memiliki peran yang lebih penting di masyarakat dibandingkan laki-laki.
Dan setelah terjadinya ekspansi besar-besaran di daerah tersebut pada 5 ribu tahun lalu, budaya di lokasi itu mengalami pertukaran. Laki-laki menjadi pemegang peranan penting pasca-ekspansi terjadi.